Pertanyaan tersebut sangat sering ditanyakan kepada saya baik di tempat praktik maupun saat bertugas di rumah sakit. Terus terang saya sering kebingungan bagaimana memberi jawaban dan tips yang benar-benar lengkap di saat saya tidak punya banyak waktu karena saya harus melayani begitu banyak pasien yang lain.

Masalah susah hamil ini bukanlah masalah kecil yang bisa diselesaikan dengan gampang. Saya harus memberikan banyak tips secara lengkap agar semuanya jelas. Bila waktunya singkat seperti di tempat praktik atau rumah sakit, saya kesulitan memberikan penjelasan yang lengkap.

Dari kendala inilah timbul ide saya untuk menulis sebuah buku yang mengupas tuntas tentang masalah ketidaksuburan ini. Dengan merangkum semua informasi dan tips dalam satu buku, pasien-pasien saya bisa lebih mengerti apa-apa saja yang sebaiknya dilakukan agar bisa segera hamil. Walaupun kesibukan saya cukup padat, saya mulai menyempatkan diri untuk menulis buku ini di awal tahun 2011.

Pada bulan Agustus 2011, buku Panduan Lengkap Cara Cepat Hamil ini resmi diterbitkan oleh penerbitan online Digi Pustaka dan hingga saat ini sudah naik cetak sebanyak 10 kali. Sejak buku saya diterbitkan, saya telah menolong RIBUAN pasangan suami istri di seluruh Indonesia dan bahkan pasangan suami istri asal Indonesia yang bermukim di Australia, Malaysia, Singapura dan Hong Kong.

Syukur alhamdulillah sudah banyak sekali Ibu yang berhasil hamil setelah membaca dan mengikuti semua petunjuk dari buku saya. Beberapa ibu bahkan berkenan untuk berbagi kisah sukses hamilnya di sini. Saya sangat bersyukur atas keberhasilan mereka dan berterima kasih atas dukungan yang diberikan kepada saya.

cara cepat hamil

Cara Cepat Hamil

Jumat, 28 Juni 2013

Anak Kerap Melamun Sesaat, Waspadai Gejala Epilepsi!

Waspadai perubahan perilaku yang esktrem pada anak.

Tak bedanya dengan orang dewasa, anak pun dapat terkena penyakit epilepsi. Epilepsi atau penyakit yang dikenal dengan istilah awam dengan "ayan" ternyata tidak hanya menimbulkan gejala kejang. Melamun atau bengong sesaat juga bisa merupakan salah satu gejalanya.

Spesialis saraf dari Rumah Sakit Islam Pondok Kopi, dr Gea Pandhita, mengatakan, orangtua perlu mewaspadai gejala epilepsi berupa melamun sesaat yang berlangsung beberapa detik di tengah-tengah beraktivitas. Pasalnya gejala yang satu ini sering tidak disadari.

Melamun sesaat akibat epilepsi dicirikan dengan tidak merespons pembicaraan apa pun yang dikatakan orang sekitar kepadanya sekalipun namanya dipanggil. Gea memaparkan, melamun sesaat terjadi karena sedang terjadi ketidakseimbangan listrik di otak sementara waktu dan bila sudah selesai, anak akan tersadar kembali.

"Melamun sesaat merupakan salah satu jenis epilepsi general yang ditandai dengan ketidaksadaran saat mengalaminya," ujar staf pengajar ilmu saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada ini.

Epilepsi merupakan salah satu gangguan fisik yang diakibatkan ketidaknormalan aktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak (bangkitan). Seseorang dikatakan mengidap epilepsi apabila ia mengalami bangkitan berulang, berselang lebih dari 24 jam, yang timbul tanpa provokasi.

Provokasi dapat berupa demam tinggi yang mana untuk beberapa kasus juga dapat menimbulkan gejala yang hampir sama dengan epilepsi, misalnya kejang dan kaku. Namun, Gea menegaskan, apabila timbul gejala saat ada provokasi sebelumnya, itu bukanlah epilepsi.

"Gejala epilepsi yang kerap muncul ialah kejang, terkejut, melamun tak sadarkan diri dalam beberapa saat, dan kaku sesaat. Bahkan, ada pula tidak punya kekuatan otot sesaat," paparnya.

Pada anak epilepsi, ditemukan paling banyak pada anak usia 0-4 tahun, diikuti kemudian pada anak usia 10-14 tahun, kemudian usia 5-9 tahun, dan usia 15-19 tahun. Epilepsi pada anak 0-4 tahun paling banyak dipicu oleh proses tumbuh kembang, sedangkan pada usia 5-14 paling banyak dipicu oleh infeksi dan pada usia 15-24 paling banyak dipicu oleh trauma.

Prevalensi epilepsi pada anak diketahui cukup tinggi. Data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) tahun 2012 menyebutkan di negara berkembang, termasuk Indonesia, kasus baru epilepsi pada anak mencapai 25-840 per 100.000 penduduk per tahun.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar