Pertanyaan tersebut sangat sering ditanyakan kepada saya baik di tempat praktik maupun saat bertugas di rumah sakit. Terus terang saya sering kebingungan bagaimana memberi jawaban dan tips yang benar-benar lengkap di saat saya tidak punya banyak waktu karena saya harus melayani begitu banyak pasien yang lain.

Masalah susah hamil ini bukanlah masalah kecil yang bisa diselesaikan dengan gampang. Saya harus memberikan banyak tips secara lengkap agar semuanya jelas. Bila waktunya singkat seperti di tempat praktik atau rumah sakit, saya kesulitan memberikan penjelasan yang lengkap.

Dari kendala inilah timbul ide saya untuk menulis sebuah buku yang mengupas tuntas tentang masalah ketidaksuburan ini. Dengan merangkum semua informasi dan tips dalam satu buku, pasien-pasien saya bisa lebih mengerti apa-apa saja yang sebaiknya dilakukan agar bisa segera hamil. Walaupun kesibukan saya cukup padat, saya mulai menyempatkan diri untuk menulis buku ini di awal tahun 2011.

Pada bulan Agustus 2011, buku Panduan Lengkap Cara Cepat Hamil ini resmi diterbitkan oleh penerbitan online Digi Pustaka dan hingga saat ini sudah naik cetak sebanyak 10 kali. Sejak buku saya diterbitkan, saya telah menolong RIBUAN pasangan suami istri di seluruh Indonesia dan bahkan pasangan suami istri asal Indonesia yang bermukim di Australia, Malaysia, Singapura dan Hong Kong.

Syukur alhamdulillah sudah banyak sekali Ibu yang berhasil hamil setelah membaca dan mengikuti semua petunjuk dari buku saya. Beberapa ibu bahkan berkenan untuk berbagi kisah sukses hamilnya di sini. Saya sangat bersyukur atas keberhasilan mereka dan berterima kasih atas dukungan yang diberikan kepada saya.

cara cepat hamil

Cara Cepat Hamil

Jumat, 04 April 2014

Mengapa Pria Sebaiknya Menikah pada Usia 25, Wanita 21?


Ilustrasi menikah.

Menikah berarti siap menjadi orangtua tidak sekadar 1-2 tahun, tetapi seumur hidup. Karenanya, untuk menghadapi kondisi tersebut, seseorang memerlukan kesiapan mental yang tangguh. Hal tersebut yang mendasari usia pernikahan minimal 21 tahun bagi wanita, dan 25 tahun bagi pria.

“Usia memang tidak menjadi dasar mutlak kesiapan mental. Namun dengan batas tersebut diharapkan pengalaman dan kesiapan mental lebih baik, dibanding usia yang lebih muda. Selain tentunya kesiapan dari aspek medis,” kata psikolog Ana Surti Ariani dalam kelas parenting New Parents Academy sesi Psikologi Pernikahan, Minggu (16/3/2014). 

Siap menjadi orangtua

Bila pasangan menikah sebelum usia 21 dan 25 tahun, Ana menyarankan keduanya menunda memiliki anak. Dengan penundaan tersebut keduanya bisa saling menyusun pola pendidikan untuk anaknya kelak. Keduanya juga bisa menyiapkan mental menghadapi proses tumbuh kembang anak. Selama penundaan, calon orangtua juga bisa menentukan pola pengasuhan yang hendak diterapkan pada anaknya.

Parentingadalah pilihan dan orangtua bisa menentukannya dengan berbagai pertimbangan. Dengan kesiapan mental, diharapkan orangtua tahu bagaimana efek pengasuhan tersebut pada anaknya,” tutur Ana.
 
Bila mengetahui efek penerapan parenting maka orangtua tidak akan asal pilih. Orangtua juga tidak akan menerapkan pengasuhan hanya karena terbiasa. Selanjutnya orangtua akan menerapkan keputusan tersebut dengan benar. Tentunya orangtua juga memasukkan lingkungan sekitar dalam pertimbangan parentingyang dilaksanakan, misal keluarga dan asisten rumah tangga.

Siap berkorban dan lebih percaya diri

Selain memilih pola parenting, kesiapan mental akan membimbing calon orang tua mempersiapkan "pengorbanan" yang harus dilakukan. Misalnya mengorbankan waktu yang tadinya lebih banyak untuk dirinya untuk selalu memprioritaskan anaknya. Kesiapan mental juga menyebabkan orangtua selalu percaya diri dalam mengambil keputusan.
 
“Rasa percaya diri inilah yang menyebabkan orangtua tidak mudah kalah, sehingga tidak mengabulkan apapun yang diminta anak. Hal ini memungkinkan pengasuhan selalu dalam pola yang sudah ditetapkan. Percaya diri sekaligus mencegah orangtua menjadi permisif pada anak,” tutur Ana.

Siap memahami anak

Menjadi orangtua, kata Ana, merupakan keharusan untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan. Keterampilan memungkinkan orangtua selalu bisa berkomunikasi, dan memahami apa yang dirasakan anak.
 
Yang tak kalah penting, kematangan mental memudahkan orangtua menerima pilihan anak ketika dewasa. Meski tak sesuai rencana awal, orangtua tetap harus memastikan anaknya bahagia dengan jalan yang dipilihnya. Dengan cara ini, anak akan bisa menjalani kehidupannya dengan baik ketika beranjak dewasa.
 
“Sampai kapanpun kita adalah orangtua dari seorang anak. Tugas orangtua adalah menyediakan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Selanjutnya orangtua harus berlapang dada menerima keputusan anak, walau tak sesuai harapannya,” kata Ana.

Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar